Selasa, 29 Desember 2015

CARMINE ROSE

How are you -- a girl who wear veil in blue?
It's not the first time you put spell on me
I can't stop smiling while thinking of you
Your elegant move has got me locked free

You are carmine rose that blossom at dawn
Shine with the sun though shy to spread your scent
Like a dewdrop, you're eager of days born
What is on earth does know what has you spent?

Tickling breeze is whispering to seduce
Keep steady though wind comes with a big whoosh
I'm always here to help when you confuse
I'm always here to see you when you're loose

Your struggling ways has got me addicted
Can you unfold me or give me a bid?

Sabtu, 24 Oktober 2015

AN ACTOR

So many people say that they know me
My whole world, my life, even my feeling
They always demand me how I should be
My whole world, my life, even my feeling
I will give them everything I can give
An island, a city, except my heart
But I feel guilty wherever I live
In island, city, and also my heart
I will show them what they wanted to see
A hero, a monk, angel, everything
But nothing can be compare against me
A hero, a monk, angel, everything
I'm a great mage who bury his own heart
I'm an actor who tear his soul apart

Senin, 12 Oktober 2015

ABOUT ME

I'm a person among a million of human being
I'm a dreamer who will dream while you stop believing
I always try to see the world like it is going to shrink
I always pry the sky through the gaps of beyond understanding
I believe I can fly without have any wings
I trust myself will never stop fighting
I have my wisdom though I'm not a king
I have weakness and it's not a bad thing
I'm afraid of darkness because I feel someone is watching
I'm hesitated to sleep while the others are wasting their time in a blink
I look at my life as bad as a song I'm going to sing
I speak my words through the careless ink
I will always be me even the world is changing
I will not giving up to pass my living

Jumat, 02 Oktober 2015

MY BEST DECK - YU GI OH GX! TAG FORCE

DARK LIGHT DECK

total: 45, monster: 27, spell: 8, trap: 10

2 Brron, Mad King of Dark World
1 Chaos Emperor Dragon - Envoy of The End (optional)
1 Cyber Jar
2 Dark Ruler Ha Des
2 Goldd, Wu-lord of Dark World
1 Great Maju Garzett
1 Guardian Angel Joan
1 Legendary Fiend
2 Magician of Faith
2 Majestic Mech - Ohka
1 Marshmallon
1 Morphing Jar
2 Silent Magician Lv 4
2 Silent Magician Lv 8
2 Sillva, War Lord of Dark World
2 The Creator Incarnation
2 The Creator

Spell Card:
1 Card Destruction
2 Creature Swap
2 Dark World Lightning
1 Pot of Greed
2 The Cheerful Coffin

Trap Card:
1 Call of The Haunted
1 Crush Card Virus
1 Deck Devastation Virus
2 Gateway to Dark World
3 Sakuretsu Armor
2 Solar Ray

Sabtu, 26 September 2015

BE COLD AGAIN

 God, please fulfill my wish to be cold once again
I can't feel the warmth although the suns shine
They spread their light but I still feel the pain
They give me love, but still, I'm not fine

I know they give me love because they must to
Lie to their own self, lie to the whole world too
Being nice to me just to pursue
For something I don't have any clue

 The shine is so bright that hurts me a lot
The shine is so warm, but I die in cold
The shine looks so kind, somehow, I will deport
But I'm a silly guy who can't be told
I still jump in, hurt, and forgive in short
I'm sore. I'm suffered. I'm hold 

What a pain!
I want to be cold again

Jumat, 18 September 2015

UNIQUE LIFE



Kakiku perlahan menyusuri dinding pagar rumah Pak Bambang.Aku terbiasa melakukan ini ketika senja datang. Seperti biasa, aku melihat beliau tengah mengurus taman bunga mawarnya yang cantik. Warnanya merah merekah, segar berseri. Tapi itu semua tidak merubah sorot mata beliau yang tengah menatap kosong.Beliau melihat ke arahku.Jantungku berdetak sengit. Aku takut beliau akan memarahiku. Aku terus menunggu umpatan dan kata-kata kasarnya yang terkenal itu, tapi tak seucap pun keluar dari mulutnya.Beliau hanya tersenyum miris.Matanya tetap kosong.Perlahan air matanya menetes jatuh ke pipinya. Aku tak mengerti apa yang beliau rasakan, aku pun tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku melompat dari pagarnya dan melangkah pergi meninggalkan beliau, sendirian.
Hari mulai gelap dan udara mulai dingin.Aku melangkah menyusuri lorong-lorong gelap.Aku terbiasa seperti ini.Dulu aku punya rumah.Ya, dulu.Dulu aku disayang dan disanjung orang.Dulu aku bebas melakukan apapun yang ingin kulakukan.Sekarang aku terperangkap di lingkungan yang menyedihkan ini.Ya, menyedihkan.Setiap minggu aku harus melihat sepasang suami istri yang selalu bertengkar hebat. Si istri akan melawan dengan kata-kata yang tajam, dan biasanya setelah si suami mengayunkan tangannya, si istri akan masuk ke dalam rumahnya dan membanting pintu. Sementara si suami akan naik mobilnya dan kembali lagi dalam seminggu. Itu bukan bagian terburuk, bagian terburuknya adalah ketika anak semata wayang mereka, menangis di balkon melihat pertengkaran itu.
Kakiku terus melangkah hingga ke persimpangan gang.Seekor kupu-kupu menari gelisah di naungan remang lampu jalan. Dia, kupu-kupu yang sama. Kupu-kupu yang hadir pada malam itu.Malam ketika Bu Sumi dibekam mulutnya dan ditarik ke dalam kegelapan.Aku mengikuti mereka.Bu Sumi dibekam mulutnya dengan sehelai kain yang warnanya aku tak tahu.Gelap, hitam, tak terlihat.Tangannya dipelintir ke belakang.Dilihat dari tenaganya, dia – yang memakai topeng – adalah seorang lelaki.Lelaki it uterus membawa Bu Sumi masuk ke dalam kebun dan berhenti di sebuah gubuk.Aku tetap mengikuti mereka.Aku melihat lelaki itu memukul Bu Sumi hingga dia pingsan.Aku melihat lelaki itu merobek pakaian Bu Sumi dan berbuat hal yang menjijikan.Setelah dia merapikan pakaiannya, dia menancapkan sebilah pisau pada perut Bu Sumi disaat beliau belum sempat membuka matanya. Aku hanya bisa melihat tanpa bias berbuat apa-apa. Tubuh lelaki itu besar dan tegap, sedangkan tubuhku kecil. Aku hanya bias melihat semua itu dari kegelapan, dari balik baying-bayang pohon. Lelaki itu menatapku dan menyunggingkan senyum dari balik topengnya, atau itu hanya perasaanku saja.Tidak.Tidak mungkin dia bisa melihatku di kegelapan.Mustahil.
Tak terasa, kakiku pun melangkah hingga ke jembatan.Jembatan yang menjadi saksi atas kematian seorang bocah.Tangisnya pecah di senja itu.Kala itu aku heran, kenapa hanya ada aku dan dia disini?Kemana semua orang?Aku perlahan menghampirinya.Dia melihatku.Dia mengusap air matanya dan lantas memelukku.Aku berusaha menenangkannya.Air matanya kembali turun.Dia melepaskan pelukannya dan melangkah mundur.Aku tahu diabocah yang baik.Entah kenapa dia menangis seorang diri disini.Kejadian selanjutnya begitu cepat.Dia memanjat pagar jembatan dan melompat turun ke sungai yang deras, tepat sebelum aku mencegahnya.Tubuhnya membentur batu dan tercabik-cabik di arus yang deras.Aku hanya melihatnya nanar.Aku hanya bisa melihat kematian tanpa bisa mencegahnya.
Malam kian dingin, aku harus mencari tempat yang hangat. Kafe REHAT, tempat yang nyaman untuk bersantai. Aku tidak pernah bisa memasukinya. Dengan wangi lavender dan wangi kopi yang khas, serta wangi makanan yang tengah dimasak, menjadikannya kafe terfavorit di kota ini. Kafe ini biasa dikunjungi Pak Solihin dan Reni pacarnya.Saat aku tengah melihat kenyamanan kafe dari balik jendela, Pak Solihin tengah bercanda dan bermesraan dengan Reni.Mereka tertawa lepas seolah tak memiliki beban.Mereka tak menyadari tengah diawasi olehku, dan … Bu Sumi?Kenapa beliau ada disini?Aku tidak mau tahu, aku harus pergi.Aku melangkah pergi dan menabrak pot bunga.Bunyinya nyaring dan terdengar kedalam kafe.Bu Sumi sembunyi, tapi percuma.Pak Solihin dan Reni telah melihatnya, melihat Bu Sumi yang tengah mengintip. Wajah was-was Bu Sumi masih kuingat sampai sekarang. Aku merasa kejadian itu terjadi kemarin, walau sebenarnya telah terjadi sebulan yang lalu.Aroma kafe yang khas dan deretan pot bunga membuatku teringat tentang Bu Sumi.Hmm… hidup memang memiliki alur yang unik.
Aku terus melangkah. Ah… tempat sampah, tempat dimana aku biasa memperoleh makan malamku. Kau tidak akan pernah bisa menduga makanan apa yang akan kau dapatkan. Aku tidak beruntung kali ini, aku hanya bisa menemukan salad sisa.Aku tidak suka sayuran.Itu mengingatkanku tentang pembicaraan Bu Sumi dan Bu Sophie, tentang perselingkuhan suami Bu Sophie dengan wanita yang jauh lebih muda.Bu Sophie mengepalkan tangannya menahan amarah.Aku tahu itu, aku melihatnya.Sementara Bu Sumi terus bercerita tentang perselingkuhan suami tetangganya itu.Beliau begitu bersemangat memberitahukan perihal buruk itu.Bu Sophie tetap tersenyum dan menanggapi perkataan Bu Sumi seperlunya saja.Kepalan tangan Bu Sophie semakin kencang. Pembicaraan itu terhenti setelah anaknya Bu Sophie – Fera – datang menghampiri mereka berdua. Dengan berbalut seragam putih biru, dia mengajak ibunya pulang.Bu Sophie membayar belanjaanya ke tukang sayur yang dari tadi hanya jadi pendengar setia. Bu Sophie dan anaknya pulang ke rumah dengan berita yang akan mengubah hidup mereka.
Malam kian larut.Sirine memecah kesunyian malam.Aku bersembunyi di pojokan yang gelap.Aku tidak suka suara itu.Suara itu bisa merusak kenyamanan.Seperti di kala sore itu, suara itu melengking nyaring di pekarangan rumah Bu Sophie.Keluarga yang tengah menikmati waktu minum tehnya, sontak terkejut.Para polisi keluar dari mobilnya. Mereka memberikan semacam surat penahanan kepada suami Bu Sophie. Keluarga yang baru saja lepas dari masalah, kini menghadapi masalah yang jauh lebih besar.Suami Bu Sophie ditahan atas tuduhan pembunuhan.Suasana bertambah buruk tatkala Pak Bambang masuk ke pekarangan rumah mereka dan meninju wajah suami Bu Sophie.Polisi segera melerai dan mengamankan suami Bu Sophie. Ibu Sophie dan Fera hanya bisa terisak saat polisi membawa suami sekaligus seorang ayah ke kantor polisi. Bukan hanya aku yang jadi saksi atas kejadian itu, para tetangga, penjual asongan yang kebetulan lewat, dan … Reni? Dia hanya bisa melihat semua itu di balik kerumunan tetangga, di belakang gerombolan penuh tanya.
Mataku terbiasa melihat kegelapan.Aku terkejut saat melihat sesosok manusia tampak meringkuk di kegelapan, tak jauh dari tempatku bersembunyi. Itu Bu Sophie! Rambutnya berantakan, pakaiannya pun compang-camping.Sorot matanya kosong.Perlahan, kudengar dia tertawa, menertawakan dirinya dan dunia.Tawa itu terdengar lebih memilukan dari sebelumnya.Dulu, tawa itu begitu lepas. Saat beliau berkumpul bersama Pak Solihin suaminya dan Fera anaknya. Sebelum istri Pak Bambang membeberkan perselingkuhan suaminya.Sebelum suaminya dipenjara dan anaknya mati bunuh diri.Sebelum semua kejadian ini terjadi.
Aku hanya bisa menatap Bu Sophie iba.Aku si lemah yang patut dipersalahkan.Aku yang hanya bisa menjadi saksi dungu, yang tak bisa mencegah semua ini terjadi.Aku menyesal, benar-benar menyesal.Aku ingin menyampaikan maafku pada Bu Sophie.Tapi aku takut.Aku takut beliau marah.Aku takut beliau tidak mengerti ucapanku.Aku hanya menatapnya dan berpaling meninggalkannya.Aku kembali jadi pengecut.Setelah sepuluh langkah, aku berhenti dan berbalik. Ya! Aku harus mengucapkannya.Aku harus menyampaikan permohonan maafku. Dengan sedikit menarik nafas, aku pun mengatakannya. “Meong!”

# THE END #

Introducing

Hi there! I'm just trying to post something. Feel free to come and see my blog. I will happy if you comment on my post. Please don't be plagiarism. See ya!